Selasa, 06 September 2011

Si Pesolek

Si Pesolek
Seruan sombong si pesolek itu mengingatkanku. Ya, belum lama di layar diagonal 29 inch sebuah benda kotak di rumah saya, muncul seorang pesolek dengan wajah anggun penuh dengan dinamikanya. Muncul begitu saja, memalsu setiap kenyataan. Entah kenapa, saat saya terus menatapinya lebih dan lebih, seperti mengingatkan saya. Mengingatkan akan pentingnya menjadi diri sendiri. Tidak perlu bersolek agar dipandang, tidak perlu memalsu agar ditinggikan. Cukup dengan jujur, maka kita akan memperoleh sebuah tempat. Seperti halnya si pesolek, walapun ia dengan tegas bertingkah fana, namun sebenarnya nyata apa adanya. Jujur dari dalam hati, ia punya pesan, hanya ia harus memalsu untuk mengaslikannya, agar dapat dicerna. Kita berbeda, kita bukan pesolek bukan pula peninngi. Kita adalah kita, pembangun dunia. Si pesolek hanya mengingatkanku, jadilah dirimu, tidak perlu bersolek, itu palsu. Asli bukan solek dan solek bukan asli. Diri ini utuh, untuk menyampaikan maksud-maksud yang kita miliki, tidak perlu dengan segala pernak-pernik, cukup jujur.

Terima kasih untuk si pesolek, kau telah mengingatkanku. Jujur itu adalah ‘solekan’ yang paling indah untuk diri kita

3 komentar:

  1. semangat masbro. setuju duabelas. cukup dengan satu kata. Jujur.

    BalasHapus
  2. saya mau komen header nya mas way,
    itu sama remto ya?lagi ngapain hayoooo??
    hahaha

    BalasHapus
  3. Untuk mas dhimas : Mari budayakan jujur masbro, terutama jujur kacang ijo! Haha!

    Untuk mas jegu : Menurut anda sedang apa kami bro? Hehe. Sakjane ki meh trisum ro koe je, kapan pulang Jogja? OBAMA menanti

    BalasHapus