Jumat, 24 November 2017

Momen Lebaran Bersama Traveloka

Jakarta, 15 Juni 2017

Malam itu, sepulang saya dari Shalat Tarawih di salah satu masjid di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur, saya melihat ke arah anak-anak kecil yang sedang riuh gembira berlatih takbir Lebaran. Saya pun bergumam dalam hati, “Ah andai saja di malam lebaran nanti saya bisa bisa mengikuti gema takbir langsung dari kampung halaman di Jogja, rasanya pasti akan lebih menyenangkan”.

Ya, malam itu adalah malam pertama saya berada di perantauan.Tugas yang diamanatkan oleh perusahaan tempat saya bekerja membuat saya dimutasi ke Jakarta dan ini adalah pengalaman pertama saya merantau seumur hidup. Maklum, sejak lahir hingga selesai kuliah, saya tidak pernah berpindah dari Jogja. Pengalaman serba pertama inilah yang membuat saya nihil pengalaman mengenai bagaimana hidup di perantauan, termasuk salah satunya yang paling krusial : Berburu tiket pulang kampung.

‘Pulang kampung’ dan ‘tiket’ seakan sudah menjadi sebuah paket yang tidak dapat terpisahkan dari orang-orang yang berada di perantauan. Para perantau pasti sudah tidak asing dengan yang namanya berburu tiket serta beradu cepat dalam membelinya. Apalagi di momen lebaran, para perantau sejati tentu awam dengan hal ini dan tentu sudah memesan tiket sejak jauh-jauh hari. Namun nahasnya, kabar mutasi baru saya peroleh sekitar tiga minggu menjelang lebaran dan saya sudah harus pindah beberapa hari sesudahnya, sehingga persiapan yang saya lakukan pun serba mendadak. Banyak hal yang belum tersiapkan dengan baik, termasuk salah satunya tiket pulang kampung ke Jogja.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa tiket pulang lebaran selalu menjadi ‘momok’ menahun bagi para perantau. Jumlah kursi yang terbatas yang dibarengi dengan tingginya peminat, membuat tiket yang sudah dirilis (bahkan) tiga bulan sebelumnya pun bisa habis hanya dalam hitungan jam. Dalam momen seperti ini, website dan aplikasi e-ticketing seperti Traveloka menjadi ‘sasaran empuk’ para Ticket Hunter garis keras. Dan saya adalah korbannya. Saya tidak mendapatkan tiket kereta api untuk pulang ke Jogja di saat lebaran kala itu. Memang masih ada opsi lain yaitu menggunakan pesawat terbang. Namun, kita semua tentu paham bahwa harga tiket pesawat di saat musim mudik lebaran tentu akan melonjak cukup drastis dan tidak terjangkau bagi saya. Saya dan keluarga awalnya sangat sedih dan sudah ikhlas bahwa di momen Lebaran kali ini saya tidak bisa pulang ke Jogja. Sebagai gantinya, saya berencana akan mengambil cuti setelah Lebaran dan pulang kampung untuk menggantinya. Saya berpikir ini tidak akan menjadi masalah besar, toh ini pengalaman pertama dan cukup sekali saja, ke depan saya berjanji akan lebih mempersiapkannya dengan baik. Awalnya saya pikir semua akan berjalan baik-baik saja. Namun setelah dijalani beberapa hari di perantauan, tidak pernah terbersit sedikitpun bahwa membayangkan Lebaran tanpa kumpul keluarga dan makan ketupat opor ayam saja akan terasa begitu berat.

Beruntunglah ada aplikasi Traveloka. Saya termasuk pelanggan setia Traveloka dalam hal membeli tiket kendati saya bukanlah orang yang hobi travelling. Lantas, mengapa saya bisa sampai menjadi pelanggan setia Traveloka? Ada cerita unik dibaliknya. Saya bisa dibilang cukup sering menggunakan aplikasi Traveloka sejak dua tahun belakangan. Karena boleh dibilang, saya menjadi ‘point of contact’ di keluarga dan keluarga besar saya dalam hal perjalanan via kereta api. Kok bisa? Jadi begini, banyak om dan tante saya yang tinggal di Gunungkidul (salah satu kabupaten di ujung timur provinsi DI Yogyalarta) yang merasa repot setiap kali harus melakukan pembelian tiket kereta api. Maklum, di dearah tempat mereka tinggal, akses untuk membeli tiket cukup sulit ditambah lagi generasi om dan tante saya tidak familiar dengan sistem e-ticketing semacam Traveloka. Saya masih ingat betul, waktu itu saya membelikan tiket kereta api untuk Om dan Tante saya melalui aplikasi Traveloka dan seketika mereka ‘terkagum’ dengan kemudahan dan kecepatan layanan yang diberikan oleh Traveloka. Dan sejak momen itu, setiap kali Om, Tante atau sanak saudara saya yang lain ingin bepergian ke luar kota, mereka pasti meminta tolong saya untuk mencarikan tiket. Karena mereka hanya tinggal duduk manis dan menunggu dalam hitungan menit. Lalu voila! tiket pun sudah ada di tangan.

Kembali ke cerita saya. Didorong oleh rasa kangen rumah yang semakin membuncah dan harga tiket pesawat yang makin tak terjangkau, saya pun iseng-iseng membuka aplikasi Traveloka di smartphone. Yup, inilah salah satu manfaat aplikasi Traveloka untuk pekerja kantoran seperti saya. Di tengah kesibukan dari pagi hingga malam, aplikasi ini sangat membantu karena saya bisa mengaksesnya 24 jam bahkan sambil tidur-tiduran sekalipun. Hal yang tentu tidak terpikirkan oleh kita beberapa tahun yang lalu bahwa membeli tiket akan menjadi semudah dan semenarik ini. Maksud saya membuka aplikasi Traveloka adalah saya berharap siapa tahu masih ada sisa tiket dari orang yang membatalkan pesanan mereka. Inilah satu lagi keunggulan dari Traveloka, kendati tiket sudah terjual habis, kita masih bisa melihat apakah masih ada sisa tiket dari hasil orang yang membatalkan. Dan ajaibnya saya bak mendapat durian runtuh malam itu. Ternyata di malam itu, ada satu tiket tersisa yang saya yakin hasil dari pembatalan oleh orang  yang lebih dulu membelinya. Dan ajaibnya lagi, saya mendapat tiketnya langsung untuk tiket pulang-pergi. Waktu itu saya mendapat tiket pulang ke Jogja naik Argo Dwipangga via Stasiun Gambir untuk hari Sabtu tanggal 24 Juni 2017 pukul 8 pagi serta tiket kembali ke Jakarta via Stasiun Tugu di hari Minggu tanggal 8 Juli 2017 di jam yang sama. Betapa girangnya saya malam itu yang seperti tertimpa durian runtuh. Tanpa basa-basi saya langsung memilih tiket tersebut untuk kemudian melanjutkan ke proses pembayaran. Beruntunglah saya sudah memiliki akun Traveloka sebelumnya. Karena dengan demikian, saya tidak perlu berlama-lama lagi mengisi informasi data pribadi kita (yang tentu kita semua tahu, ini akan cukupt memakan waktu) sehingga jika tidak cepat, tiket yang sudah saya pesan akan keburu habis diambil orang. Setelah sukses melakukan pemesanan, saya pun langsung menuju ke fitur pembayaran. Dimana kita tahu, fitur pembayaran di Traveloka ini sangat beragam pilihannya. Saya memilih menggunakan mobile banking karena faktor kepraktisannya. Namun bagi yang tidak memiliki fitur mobile banking, anda tidak perlu khawatir, anda juga bisa langsung melakukan transfer melalui mesin ATM karena Traveloka sendiri telah bekerja sama dengan berbagai Bank di Indonesia. Atau bahkan jika anda tidak memiliki nomor rekening di bank, anda bisa membayar melalui mitra jaringan Indomaret dan Alfamart yang tersebar di seluruh Indonesia. Lihat, luar biasa mudah bukan? Dan lagi-lagi, hanya dalam hitungan menit tiket pun sudah ada dan dalam genggaman dan saya tidak perlu lagi khawatir akan melewatkan momen takbir dan makan ketupat opor ayam di kampung halaman.

Ya, inilah cerita pengalaman tak terlupakan saya di momen Lebaran tahun ini. Barangkali, ini adalah momen Lebaran paling fantastis yang pernah saya alami dengan seluruh ceritanya. Tentu semua tidak lepas dari peran Traveloka. Entah apa jadinya lebaran saya tahun ini jika tidak ada Traveloka. Terima kasih Traveloka! Berkat anda, Ketupat dan Opor ayam buatan ibu tidak hanya menjadi mimpi semata! Semoga Traveloka bisa selalu membahagiakan para perantau di luar sana.

Kamis, 04 Mei 2017

Pengalaman Jobseeker #2 : Danone MT Star 2017

Halo halo semuanya, setelah sebelumnya saya menuliskan mengenai pengalaman menjadi jobseeker, kali ini saya ingin berbagi mengenai proses seleksi MT Star Danone 2017. Untuk proses ini sengaja saya tulis terpisah dari artikel sebelumnya karena proses seleksi di Danone ini terasa begitu istimewa dan paling berkesan (ya intinya karena saya diterima sih sebenarnya, hahaha). Jadi, di tulisan kali ini, saya ingin berbagi secara detail sedetail-detailnya mengenai proses seleksi menjadi MT Star Danone 2017.

Sebelum saya masuk ke proses seleksi, pertama-tama izinkan saya bercerita mengenai alasan saya mendaftar menjadi MT Star Danone ini. Jujur, saya pertama kali mengenal program MT Star Danone ini dengan cara cukup unik. Jadi waktu itu saat saya mengikuti tes Astra Graduate Program di Astra International, saat break makan siang saya bertemu dengan sesama peserta tes (maaf saya lupa namanya) yang berasal dari Teknik Industri UGM angkatan 2009. Waktu itu dia bercerita mengenai temannya yang bernama Teno Ismoko, yang juga kakak kelas saya sewaktu SMA (yang kemudian menjadi tempat curhat saya saat diterima MT ini hehe) yang diterima bekerja di Danone dengan gaji bulanan yang lumayan dan mendapatkan penempatan di Sarihusada Jogja. Waktu itu dalam hati saya berpikir, wah kok enak sekali bisa kerja di Jogja bergaji lumayan tinggi dan yang jelas di perusahaan sekelas Danone. Dan waktu itu seketika saya memutuskan bahwa saya akan sebisa mungkin mengejar kesempatan untuk bisa menjadi MT Star Danone, walaupun saya tahu itu tidak akan mudah. Mendengar cerita dari teman saya bahwa seleksi menjadi MT Star Danone cukup sulit, saya sempat merasa ciut nyali tapi sekaligus tertantang. Dalam hati saya berkata bahwa “wah pasti keren banget nih bisa masuk Danone”. Dan saya pun mencoba mengejar kesempatan itu.

Kesempatan pertama saya datang waktu Danone membuka open recruitment untuk MT Star 2015. Namun saya tidak mendaftar karena waktu itu saya sudah diterima menjadi PPS Umum Bank BRI (yang pada akhirnya ujung-ujungnya gak jadi juga haha). Saya cukup sedih tidak bisa mendaftar, namun apa daya, kondisi skripsi yang belum kelar dan sudah takut kena masalah dengan Bank BRI karena membatalkan secara sepihak, saya memutuskan untuk tidak mendaftar pada waktu itu. Kesempatan kedua datang di bulan Agustus 2015 dimana Danone membuka lagi lowongan untuk MT Star 2016. Karena waktu itu kondisi saya baru saja melepas offer dari Bank BRI dan baru saja lulus kuliah. Dengan semangat membara waktu itu saya langsung apply program ini. Dengan penuh kepercayaan diri, saya menjatuhkan pilihan pertama sebagai MT Supply Chain dan MT Quality Assurance (QA) sebagai pilihan kedua, karena masih relate dengan bidang kuliah saya. Memang istimewanya di Danone adalah kita diberikan pilihan untuk bisa memilih function mana yang menjadi minat kita walaupun keputusan akhir dimana kita akan ditempatkan tetap sepenuhnya ditentukan oleh Danone sesuai kualifikasi kita dan kebutuhan perusahaan. Sayang beribu sayang, waktu saya langsung gagal di tahapan pertama yaitu tahapan online test. Karena kurang persiapan yang matang dan karena terlalu jumawa saat mengerjakan, nama saya tidak tercantum di daftar peserta yang lolos dalam email yang dikirimkan oleh pihak Danone (untuk proses detainya nanti saya ceritakan secara runut di bawah). Waktu itu saya sedih bukan main. Kesempatan emas untuk bisa menjadi MT Star Danone melayang sudah. Memang masih ada tahun-tahun berikutnya, namun entah kenapa saat itu saya merasa bahwa Danone bukanlah rejeki saya. Saya pun menjadi sangat kecewa karena kesempatan emas menjadi MT Star Danone harus pupus. Dan sejak saat itu, mimpi untuk menjadi MT Star Danone telah saya kubur (ngeri ya bahasanya, hehe). Saya pun mencoba ikhlas dan mulai move on untuk apply ke perusahaan lain.

Setahun waktu berlalu, setelah kesana kemari menjadi jobseeker veteran dan sempat juga bekerja walaupun hanya sebentar, Danone kembali membuka rekrutmen MT Star untuk tahun 2017. Proses pendaftaran dimulai sejak bulan Agustus 2016. Karena waktu itu saya sedang menganggur dan hanya mengisi waktu menjadi seorang freelance content writer, saya pun memutuskan untuk mendaftar lagi menjadi MT Star Danone. Namun waktu itu motivasi saya mendaftar sudah banyak berubah. Yang tadinya hanya sebatas gaji dan benefit, setelah melewati proses pencarian yang dalam, saya menemukan suatu nilai bahwa saya akan bekerja menghabiskan mungkin hampir setengah dari hidup saya, rasa-rasanya kok terlalu sia-sia jika waktu selama itu hanya saya gunakan untuk bekerja tanpa memberikan manfaat bagi sesama, jadi kalau saya harus bekerja kelak, paling tidak saya harus bekerja di perusahaan yang menawarkan nilai-nilai seperti itu. Saya juga punya prinsip lain bahwa saya harus bekerja di perusahaan FMCG multinasional. Mengapa FMCG? Karena saya merasa bahwa ilmu saya semasa kuliah akan sangat pas apabila diterapkan di jenis industri ini. Dan kenapa harus multinasional? Karena dengan begitu saya mempunyai kesempatan lebih untuk bisa pergi ke luar negeri dan mengeskplor banyak hal yang tidak bisa saya temukan. Intinya, ada banyak hal yang hanya bisa saya dapatkan jika saya bekerja di perusahaan multinasional. Dan yang terakhir, saya ingin bekerja di lingkungan yang ‘bebas dan fun’, dalam artian saya bebas mengekspresikan diri saya saat saya bekerja. Entah dari kebebasan berpakaian, lingkungan kerja yang dinamis, fun dan tidak kaku atau dari kebijakan perusahaan yang bisa memfasilitasi karyawannya dengan baik. Hal ini juga yang mendasari saya menjadi lebih selektif saat menjadi jobseeker. Dan ketiga faktor tersebut sangat pas dengan dengan apa yang ditawarkan oleh Danone. Dimulai dari campaign perusahaan dengan visi “bring health through food to as many people as possible”, lingkungan kerja yang menyenangkan dan kesempatan untuk belajar dan men-challenge diri lebih jauh, Danone seperti menjadi ‘career goals’ bagi saya. Setelah memiliki pondasi dan background yang lebih terstruktur, kali ini saya memantapkan hati untuk mendaftar lagi sebagai MT Star Danone. Dan berikut adalah detail tahapan seleksinya : 
  • Online Application 
Tahapan ini adalah tahapan awal dalam rangkaian proses seleksi menjadi MT Star Danone. Tahapan ini berlangsung selama kurang lebih satu bulan atau selama durasi dibukanya aplikasi menjadi MT Star Danone. Pada tahapan ini kita diminta untuk membuat akun/register di website resmi Danone Indonesia, yaitu dancommunity.com. Website dancommunity ini selain menjadi company website, juga lebih ditujukan untuk fitur informasi sekaligus promosi segala macam aktivitas di Danone kepada publik, termasuk juga urusan rekrutmen. Karena setau saya, Danone sangat jarang membuka rekrutmen melalui event semacam jobfair atau bekerja sama dengan career center di suatu kampus tertentu (kecuali rekrutmen yang dihandle langsung oleh CBU seperti Sarihusada). Jadi jika anda ingin memperoleh update mengenai info vacancy yang sedang dibuka, saran saya anda rajin-rajinlah update website ini dan juga follow di social media milik Danone seperti Twitter, Facebook dan Instagram, karena Danone sendiri termasuk sangat aktif dan bagus dalam hal branding mereka di social media. Setelah kita memiliki akun Danone, kita pun diminta untuk mengisi profil online/semacam CV yang telah disiapkan oleh pihak Danone. Pengisian ini meliputi data diri seperti nama, alamat, usia serta background jurusan kuliah kita. Selain itu, kita juga diberikan alternatif untuk memilih di function mana yang kita minati. Setelah proses pengisian selesai, maka kita akan mendapatkan link untuk mengerjakan online test yang bisa dikerjakan (kalau tidak salah) selama masa rekrutmen berlangsung. Jadi saran saya, semakin cepat anda mendaftar, maka semakin banyak waktu persiapan anda sebelum mengerjakan tes. Paling tidak mendaftar dulu di awal baru kemudian jika anda butuh mencari waktu yang benar-benar luang, anda masih memiliki waktu yang banyak untuk berpikir.


  • Online test 
Online test ini di-provide oleh pihak ketiga, yaitu ASI Rekrutmen, salah satu perusahaan vendor assesment untuk rekrutmen karyawan yang juga banyak digunakan oleh berbagai perusahaan besar. Setahu saya dua kali mengikuti online test MT Star Danone, mereka selalu menggunakan jasa ASI Rekrutmen dengan tipe soal yang 90% sama. Online test ini sendiri terdiri dari beberapa sub-test. Saya agak lupa detailnya, namun ada tes kemampuan verbal, algoritma, kemampuan dasar, numerical, kepribadian dan bahasa inggris. Waktu total pengerjaan sekitar 2 jam dengan bahasa Indonesia (kecuali tes bahasa Inggris tentunya hehe). Soalnya sendiri sifatnya multiple choice dengan tingkat kesulitan cukup sulit namun bukan yang sulit level dewa, saya yakin anda semua pasti bisa. Saran saya, cari tempat mengerjakan di tempat yang tenang dengan koneksi yang stabil. Saran saya, anda bisa mengerjakan di warnet saat sedang tidak ramai, untuk mengatasi mati listrik atau koneksi yang terputus di tengah jalan. Selesai mengerjakan, kita tidak langsung tahu hasilnya, karena Danone menunggu sampai batas akhir pengerjaan dan kemudian merekap hasilnya kemudian mengumukan setiap hasil tahapannya ini via email kepada para peserta.

  • Written Interview 
Sekitar satu bulan setelah tahapan online test, tiba-tiba ada notifikasi email di HP saya. Setelah saya buka, ternyata itu merupakan email dari Admin HR Groupe Danone yang menginfokan bahwa hasil tahapan online test sudah bisa dilihat di attachment pdf yang terlampir. Perlu menjadi catatan, bahwa Danone selalu mengirimkan info mengenai rekrutmen via email sistem milik function HR atau melalui karyawan Danone yang in-charge untuk program MT yang biasanya menggunakan ekstensi domain @danone.com. Jadi jika anda menerima email mengenai rekrutmen selain dari dua alamat di atas, anda sebaiknya melakukan konfirmasi ke pihak Danone. Waktu saya menerima email tersebut, saya deg-degan parah saat mau membukanya, karena saya sempat agak pesimis mengingat di tahun sebelumnya saya pernah gagal di tahapan online test ini. Namun setelah menguatkan tekad, akhirnya saya pun membukanya. Dan..... Alhamdulillah, saya masih diberik kesempatan oleh Allah dan berhak untuk mengikuti tahapan selanjutnya yaitu written interview. Waktu itu saya senang bukan kepalang. Kendati belum resmi diterima, setidaknya saya bisa lebih baik dari tahun lalu, hahaha! Kemudian peserta yang lolos diminta untuk mengisi form written interview secara online via link yang sudah dicantumkan di email tersebut. Batas waktu submit interview ini kurang lebih seminggu sejak email kita terima. Written interview ini dikerjakan dalam format bahasa Inggris. Berisi 6 pertanyaan yang berkisar mengenai kepribadian kita. Seperti mengenai kenapa anda ingin bekerja di Danone? Function apa yang anda pilih dan apa alasan anda? Kesulitan terbesar apa yang pernah anda alami dan bagaimana cara menghadapinya. Sebenarnya pertanyaan ini tidak terlalu membingungkan, hanya saja karena maksimal hanya bisa ditulis dalam 200 karakter (karakter ya bukan kata, jadinya saat menulis walaupun kelihatannya baru sedikit tapi sudah mencapai limit, dan ini yang membingungkan maksud dari karakter itu sebenarnya apa hehe), jadi kita harus benar-benar menjawab dengan singkat, padat jelas namun tetap bisa menyampaikan maksudnya secara utuh. Disinilah tantangannya sebenarnya, saya yakin di kepala kita semua pasti akan bisa menjawabnya dengan lancar namun terkadang, menjadi sulit untuk meringkas dan menuangkannya di dalam sebuah tulisan yang dibatasi panjangnya. Dengan berbagai cara dan berbingung ria, akhirnya saya bisa menuangkan ide pikiran saya ke dalam tulisan itu. Setelah saya baca berulang-ulang sampai mantap, akhirnya saya men-submit form tersebut. Dan hasilnya akan dikirmkan via email entah kapan kita tidak diberikan informasi. Yang lolos berhak melanjutkan ke tahapan selanjutnya yaitu Leaderless Group Discussion (LGD).

  • Leaderless Group Discussion (LGD) 


Setelah sekitar kurang lebih satu bulan, sejak tahapan written interview. Saya mendapat email dari Danone, yang isinya nama-nama yang lolos dan berhak mengikuti tahap LGD. Alhamdulillah, saya masih diberi kesempatan dan nama saya masih tercantum di dalam daftar. Nama-nama yang lolos pun berhak untuk mengikuti tahapan LGD yang diselenggarakan di dua kota, yaitu Jakarta dan Jogja. Alhamdulillah saya mendapat jadwal LGD di Jogja, tempatnya di University Club (UC) UGM. Waktu itu saya pikir LGD aka diadakan beberapa hari setelah email diterima, ternyata jadwal LGD masih satu bulan kemudian, yang artinya masih sangat lama, haha! Awalnya saya cukup heran kenapa begitu lama sekali tahapan prosesnya, namun saya mencoba mengambil manfaatnya yaitu saya jadi memiliki waktu lebih banyak untuk persiapan. Satu bulan kemudian, di hari yang ditentukan. Saya datang ke UC untuk mengikuti LGD sesuai jadwal. Di sana, saya ketemu dengan beberapa teman kuliah saya yang sama-sama lolos ke tahapan LGD. Disana kami mengobrol sambil menunggu giliran saya masuk. Jumlah peserta yang mengikuti LGD ini masih sangat banyak dan dibagi ke beberapa shift mulai jam 8 pagi. Saya sendiri kebagian jadwal di jam 1 siang. Saat giliran saya dipanggil, saya kemudian masuk. Waktu itu satu kelompok LGD terdiri dari 6 orang. Saya satu kelompok berbarengan dengan satu teman kuliah saya. Di dalam ruangan, sudah ada satu panitia dari pihak Danone yaitu Mas Aldi Ramadhika yang mem-brief mengenai rules di LGD ini. Mas Aldi ini sendiri adalah MT Star 2012 function HR dan sekarang sudah menjabat sebagai Manager of Management Trainee, yang berarti Mas Aldi-lah yang mendesign jalannya program MT di Danone, mulai dari kurikulum, timeline program, development bahkan sampai menampung curahan hati seluruh MT (haha, thank you Mas Aldi!). Back to topic, LGD ini sendiri diberikan durasi selama 30 menit. Di situ, masing-masing peserta diberikan selembar kertas yang bertuliskan case yang harus kita pecahkan. Selama durasi waktu tersebut kita sudah harus merumuskan jawaban kita secara pribadi, untuk kemudian di sisa waktunya kita juga harus sudah merumuskan jawabannya melalui diskusi kelompok. Waktu itu kasus yang disajikan berupa case di sebuah perusahaan yang sedang merumuskan strategi mengenai pengembangan produk baru dan di situ tersedia beberapa alternatif opsi apa saja yang menjadi prioritas untuk melaksanakan strategi tersebut. Jujur saya agak lupa detailnya, tapi kurang lebih berkisar mengenai opsi pilihan strategi perusahaan. Saya cukup beruntung, karena materi seputar LGD ini masih berhubungan banyak dengan keilmuan manajemen dan teknik industri yang notabene tidak jauh beda dengan apa yang saya dapat sewaktu kuliah. Diskusi di kelompok kami pun berjalan cukup lancar. Tidak ada yang pasif namun juga tidak ada yang terlalu menggebu-gebu mati-matian mempertahankan pendapatnya. Setelah kesepakatan kelompok tercapai, LGD pun selesai. Mas Aldi menyampaikan bahwa hasil lolos atau tidaknya akan diinfokan sore harinya via email. Yang lolos, berhak untuk lanjut ke tahapan interview HR keesokan harinya di lokasi yang sama. Dan di sore harinya, saya mendapatkan email dari Danone. Alhamdulillah, saya masih diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahapan interview HR esok harinya.

  • Interview HR 



Interview ini berlangsung sehari setelah LGD yang masih berlangsung di UC UGM. Waktu itu saya bertemu dengan 2 orang lain dari kelompok LGD saya. Ternyata dari kelompok kami ada 3 orang yang lolos termasuk saya. Sayangnya, teman-teman kuliah saya masih belum beruntung untuk melanjutkan ke tahapan ini, jadilah hanya saya sendiri dari jurusan saya. Di dalam interview HR kali ini, kita akan berhadapan face to face dengan interviewer dari divisi HR. Sebelum mulai interview, sang interviewer mengenalkan diri dengan nama Mbak Citra dan mempersilahkan saya untuk memperkenalkan diri lebih dahulu. Mbak Citra ini adalah HR dari divisi Early Life Nutrition (ELN) di plant Sarihusada Prambanan, Klaten. Interview dilakukan dalam bahasa Inggris dengan materi pertanyaan seputar lebih jauh mengenai kepribadian kita, alasan mendaftar program ini, pengalaman, prestasi dan backgorund kita lebih jauh lagi. Saran saya, simpan baik-baik dan pelajari lebih dalam jawaban anda sewaktu mengerjakan tahapan written interview. Karena baseline pertanyaan yang diajukan tidak terlalu jauh dari saat written interview dan untuk menjaga agar jawaban anda tetap konsisten. Jujur, untuk menghadapi interview ini saya tidak melakukan persiapan apa pun. Karena waktu persiapan yang sangat pendek (hanya sehari), ketidaktahuan saya akan apa yang harus disiapkan dan berbenturan dengan pekerjaan yang harus saya selesaikan, maka saya pun menjadi tidak maksimal saat menjawa pertanyaan dari Mbak Citra. Saya merasa bahwa interview kali ini adalah salah satu interview terburuk yang pernah saya hadapi. Selesainya interview, saya diberitahukan Mbak Citra bahwa hasil akan diberitahukan via email. Waktu itu saya sudah pasarah total apabila memang saya tidak lolos. Mengingat interview saya yang acak-acakan, saya sudah yakin bahwa saya akan gagal sampai tahapan ini. Namun saya tetap berdoa memohon agar masih diberi kesempatan untuk lanjut. Mbak Citra menyampaikan bahwa hasil interview akan diinfokan kurang lebih sebulan kemudian. Jujur saya sudah berusaha mengikhlaskan kalau pun nanti hasilnya saya dinyatakan gagal. Ya bagaimana lagi, persiapan yang sangat minimal dan hasil interview yang tidak sesuai ekspektasi membuat saya sudah berusaha ikhlas apapun hasilnya. Dan ternyata, waktu sebulan yang dijanjikan sampai hasil diinfokan mundur menjadi begitu lama. Saya sempat pesimis dan yakin bahwa mungkin saya akan gagal karena tidak kunjung menerima email pemberitahuan. Namun saya masih berharap bisa lanjut ke tahapan interview user. Dan bodohnya saya, waktu interview HR, saya tidak berkenalan dengan peserta lain dan bertukar kontak, sehingga saya tidak bisa menanyakan ke peserta lain apakah mereka sudah mendapatkan email atau belum. Karena saya tidak ada teman untuk bertanya, maka saya pun mencoba mencari informasi di forum Kaskus, karena biasanya, banyak peserta proses rekrutmen suatu perusahaan yang membuat forum untuk bertukar informasi antar sesama peserta. Dari grup tersebut, saya pun menemukan link untuk join di group chat Telegram yang di dalamnya berisi para peserta rekrutmen MT Star Danone 2017. Saya pun akhirnya join chat dan bertanya-tanya kepada peserta lain. Ternyata memang ada beberapa divisi yang proses rekrutmennya masih berlangsung dan belum mendapatkan hasil. Namun ada beberapa divisi yang juga sudah masuk tahapan interview user. Saya antara tenang dan waswas sebenarnya. Tenang karena bisa jadi untuk divisi yang saya apply hasilnya belum keluar namun waswas karena siapa tahu peserta yang dipanggil ke tahapan interview user tidak bergabung di grup Telegram ini. Namun saya mencoba untuk positive thinking dan yakin bahwa hasilnya memang belum keluar. Sudah hampir dua bulan lebih sejak proses interview HR dan hasil lolos atau tidaknya belum juga ada kabar. Saya sudah super pasrah sampai pada suatu malam saat saya sedang latihan bersama band saya untuk perform di acara kampus, tiba-tiba ada email yang menginformasikan bahwa saya dinyatakan lolos sampai ke tahapan interview user. Waktu itu saya senang bukan main. Penantian yang begitu lama akhirnya terbayarkan saat saya menerima email tersebut. Di email disebutkan bahwa peserta yang lolos sampai tahapan interview user di Jogja ada 5 orang. Dan yang lebih melegakan lagi, interview akan dilaksanakan seminggu lagi di kantor Sari Husada di Yogyakarta yang hanya berjarak 5 menit menggunakan motor dari rumah saya. Yang berarti saya tidak perlu repot-repot mengurus akomodasi ke kantor pusat Danone di Jakarta, saya benar-benar beruntung, haha! Waktu itu ada salah satu dari 5 peserta, namanya Jonathan, dari Teknik Elektro ITB yang mencari info mengenai peserta lain yang mendapat jadwal interview di Jogja melalui grup Telegram. Saya pun kemudian men-chat personal dia untuk menawarkan bantuan stay di rumah saya sekaligus bersama-sama berangkat untuk proses interview. Dia merasa sangat senang karena teman saya ini sangat bingung harus stay dimana saat di Jogja. Karena dia tidak punya relasi dan belum pernah mengunjungi Jogja sebelumnya. Saya pun juga dengan senang hati menawarkan bantuan, karena itu juga berarti saya dapat kenalan baru dan ada teman ngobrol saat nanti proses interview. Seminggu kemudian, teman saya tiba di Jogja dan stay semalam di rumah saya untuk kemudian berbagi info dan cerita ngalor ngidul dan berangkat interview berbarengan.

  • User Interview


Tiba dimana pelaksanaan user interview pun dimulai. Waktu itu saya dan Jonathan tiba 30 menit sebelum waktu pelaksanaan interview dimulai. Setibanya di lokasi interview, yaitu di Sarihusada Jogja, kami bertemu dengan dua orang peserta lain. Kami pun saling berkenalan, mereka adala Beni dari Teknik Elektro ITS dan Jayson dari Teknik Elektro ITB. Kami mengobrol banyak sambil menunggu panggilan masuk ruang interview sekaligus menghilangkan rasa tegang sebelum interview. Dari 5 orang yang dipanggil, ternyata satu peserta tidak hadir tanpa pemberitahuan (lumayan lah, mengurangi saingan, haha). Kemudian tiba giliran saya dipanggil masuk ke ruang interview. Saya mendapat giliran kedua setelah Jonathan, saat perjalanan ke ruang interview, saya bertanya kepada Mbak Kanya (MT HR 2016 yang ditugaskan untuk mendampingi peserta interview), berapa orang total yang lolos sampai tahap user interview dan dimana saja lokasi pelaksanaan interview user untuk MT Industrial ini. Mbak Kanya menyampaikan bahwa, selain di Jogja, interview user juga dilaksanakan di plant Nutricia Ciracas dan juga masih ada MT Industrial untuk CBU Aqua. Oh iya, sebagai informasi. Jadi Danone Indonesia sendiri dibagi menjadi tiga Country Business Unit (CBU) dan satu Country Business Support (CBS) yang berisikan support function seperti Information System, Finance, HR dan Corporate Communication. CBU terdiri dari divisi Early Life Nutrition (ELN), Waters (Aqua & VIT), dan Medical (Nutrical Medical Nutrition/NMN). CBU ELN sendiri terdiri dari 4 plant/pabrik, Nutricia di Ciracas Jakarta, Sarihusada di Jogja dan Prambanan Klaten serta Sugizindo di Sentul, Bogor. Untuk NMN, tahun ini masih belum ada MT yang dibutuhkan, sehingga proses seleksi MT hanya ada di CBU ELN dan Aqua serta CBS. Khusus untuk Aqua, seleksi MT Industrial mereka memiliki proses yang berbeda, dimana mereka ada semacam proses pra-MT yang disebut program Link and Match, dimana para kandidat akan diseleksi dahulu untuk menjalani semacam magang di plant Aqua selama 4 bulan untuk kemudian di-review. Jika lolos, mereka berhak melanjutkan menjadi MT Star. Jadi semua peserta interview MT Industrial yang dipanggil kali ini semua akan diplot untuk CBU ELN. Oke kembali ke inti, setelah sampai di depan ruang interview saya pun mengetuk pintu untuk kemudian dipersilahkan masuk. Di dalam ruang interview, sudah ada dua orang interviewer yang berhadapan dengan kita. Yang pertama ada Bapak Joko Yulianto, Plant Manager Sarihusada Jogja dan Bapak Arif Sosiawan, Manufacturing Performance Manager Danone ELN Indonesia. Interview dilakukan dalam bahasa Inggris, dimulai sejak perkenalan. Pertanyaannya masih seputar diri kita namun sudah digali lebih dalam dibanding interview HR dengan beberapa pertanyaan teknis yang berkaitan dengan background kita semasa kuliah. Mungkin karena ini interview user, yang berarti mereka adalah atasan kita langsung selama bekerja, maka mereka harus benar-benar memastikan bahwa kita memiliki kriteria yang cocok dan benar-benar mereka cari. Untunglah untuk interview kali ini, saya sudah melakukan persiapan lebih matang sejak jauh-jauh hari. Tidak ingin kejadian saat interview HR terulang, saya mempersiapkan semuanya dengan sebaik mungkin. Saya mempelajari overview mengenai company profile Danone dan Sarihusada. Saya pun mempersiapkan ‘senjata pamungkas’ berupa miniatur keyboard yang saya buat dari karton sebagai interview user. Saya juga mencetak hasil tulisan saya saat menjadi content writer di sebuah digital agency sebagai contoh pekerjaan saya. Dan bahkan saya mempersiapkan sulap saat saya menembak pacar saya lengkap dengan ceritanya untuk saya paparkan di depan interviewer. Mengapa saya sampai melakukan hal seperti itu? Begini, saya punya pemikiran bahwa perusahaan FMCG multinasional sekaliber Danone pasti mencari talenta terbaik dari kandidat yang ada. Dan agar kita bisa mencuri ‘spotlight’ itu, tentu kita tidak bisa hanya mempersiapkan diri seadanya. Karena saya percaya, orang sukses bukanlah orang yang paling pandai atau paling terbaik di antara yang lain, namun orang yang sukses adalah orang yang bisa mengenail karakter dirinya dengan baik dan mengeluarkan setiap potensi kemampuan dirinya secara maksimal. Dengan kata lain, orang tersebut harus ‘berbeda dari yang lain’ dalam konteks positif. Dan agar bisa mencapainya, maka saya harus bisa memberikan perbedaan mulai dari proses interview. Saya mencoba mengeluarkan ide kreatif di kepala saya yang bisa menunjang proses interview dan menarik atensi para interviewer. Semua properti yang saya keluarkan ternyata cukup ampuh menarik perhatian para interviewer, terlihat antusiasme mereka saat mendengar presentasi saya. Semua bisa saya keluarkan, kecuali properti sulap kartu yang saya siapkan, karena saya belum menemukan momen yang pas. Interview berlangsung selama kurang lebih 30 menit. Para interviewer memberitahu bahwa hasil akan dikirimkan via email kurang lebih dua minggu. Keluar dari ruangan, entah kenapa saya merasa sangat puas dengan hasil interview saya. Mungkin ini adalah salah satu interview paling asyik yang pernah saya ikuti. Namun saya tetap tidak mau jumawa, saya tetap berdoa memohon diberikan hasil yang terbaik. 


  •  Interview Director 
 
Seminggu kemudian, tiba-tiba saya mendapat notifikasi email bahwa saya dinyatakan lolos ke untuk ke tahapan interview akhir, yaitu interview Director. Ternyata yang bertahan sampai tahap ini hanya dua orang, yaitu saya dan Jayson. Saya sempat merasa sedih karena Jonathan belum bisa lanjut, saya sangat berharap Jonathan bisa lolos karena kami sudah sangat akrab. Tapi mungkin sudah ada jalan rezeki pekerjaan yang lebih baik yang menantinya. Interview akan dilaksanakan seminggu lagi masih di tempat yang sama yaitu di Sarihusada Jogja. Saya pun berkabar dengan Jayson sekaligus menawarkan bantuan akomodasi selama di Jogja. Ternyata dia mengabari bahwa dia minta untuk di-reschedule mundur jadwal interviewnya karena berhalangan. Jadi dia tidak di-interview di Jogja bersama saya namun di-interview seminggu kemudian di plant Nutiricia di Ciracas Jakarta. Itu artinya saya datang sendirian saat proses interview Director. Untuk interview kali ini, saya coba mendalami lagi materi yang saya pelajari dan mencoba menganalisis apa saja yang masih kurang saat interview user kemarin, dengan harapan saya bisa lebih siap dan lebih baik menghadap interview kali ini. Saya pun masih membawa ulang properti saya saat interview sebelumnya dan saya berjanji bahwa kali ini trik sulap kartu harus saya keluarkan bagaimanapun keadaanya. Saya tidak mau kesempatan emas yang sudah selangkah di depan mata hilang hanya karena kesalahan yang saya buat. Akhirnya tiba juga saat hari-H interview. Waktu itu yang meng-interview saya adalah Bapak Delta Deritawan. Pak Delta ini adalah Manufacturing Director Danone ELN Indonesia. Artinya, proses produksi di 4 plant Nutricia, Sarihusada dan Sugizindo berada di bawah komando Pak Delta ini. Ini adalah pertama kalinya saya di-interview oleh user dengan jabatan setinggi ini. Dan bagaimanapun, auranya berbeda jauh dari interview lain yang sudah saya jalani sebelumnya. Interview dilakukan dalam bahasa Inggris. Dan sekalipun pertanyaan yang diajukan tidak terlalu berbeda dengan saat interview user, namun entah kenapa saya merasa seperti ada pressure yang begitu besar meskipun Pak Delta hanya berbicara dan bertanya dengan santai. Entah karena aura beliau yang begitu luar biasa, suasana menjadi begitu tegang buat saya. Entah kenapa pertanyaan yang harusnya bisa saya jawab dengan lancar menjadi agak terbata-bata saat saya mengutarakannya. Ya mungkin beda level interview, berbeda pula nuansanya. Namun asiknya di interview kali ini, interview berjalan secara dua arah. Selain Pak Delta yang bertanya, beliau juga menyampaikan nasihat dan saran yang benar-benar membuka sudut pandang dan pengetahuan baru bagi saya. Saya masih ingat betul beliau bertanya seperti ini kepada saya, “Wayah, apa planning karirmu untuk 5 tahun ke depan? Saya ingin tahu”. Saya pun menjelaskan panjang lebar yang intinya 5 tahun mendatang saya ingin bisa meraih posisi director (setelah saya pikir-pikir, bodoh juga waktu itu saya membuat plan seperti ini). Pak Delta pun tersenyum geli dan merespon apa yang saya ucapkan, “Kamu pikir kamu bisa semudah itu mencapai posisi Director dalam waktu 5 tahun? Itu sangat impossible. Begini ya, kita bekerja jangan hanya terpatok target untuk mencapai jabatan tertentu, itu hanyalah sebuah struktur posisi. Yang terpenting adalah, bagaimana progres kalian bekerja. Bagaimana di tahun-tahun ke depan, kalian sudah memiliki mindset seorang manager atau seorang director dengan cepat. Jika sudah demikian, percayalah, posisi manager, director atau bahkan CEO akan datang dengan sendirinya tanpa kalian cari. Dan kamu harus tahu, bahwa menjadi Director berarti saya adalah orang yang berdiri paling akhir jika suatu saat plant kita mengalami guncangan, jadi ini semua bukan tentang posisi, tapi tentang bagaimana kalian bersikap”. Luar biasa! Saat itu entah kenapa saya mata saya benar-benar terbuka dan saya mendapatkan perspektif baru mengenai bagaimana bekerja itu seharusnya. Benar-benar sebuah pengalaman interview yang tak terlupakan, wajar jika Pak Delta ini dipercaya sebagai Director karena memang beliau memiliki pengalaman yang luar biasa. Interview pun diakhiri setelah kurang lebih satu jam berjalan. Saya berpamitan dan berterima kasih sebesar-besarnya atas petuah yang beliau berikan, benar-benar sebuah learning yang mungkin tidak bisa saya dapatkan di bangku kuliah. Entah kenapa kendati banyak pertanyaan yang saya jawab kurang lancar, namun saya merasakan senang yang luar biasa karena saya banyak sekali mendapatkan pengetahuan dan perspektif baru dari Pak Delta.

  • Medical Check Up (MCU) & Offering

Seminggu kemudian setelah tahapan final interview, saya mendapatkan email dari pihak Danone bahwa saya dinyatakan lolos menuju ke tahapan MCU. Namu sebelum saya diberikan jadwal MCU, saya diberikan draft kontrak via pdf email yang harus dipelajari dulu. Draft ini bukan draft kontrak asli, hanya untuk dipelajari dan tidak perlu ditandatangani. Jika setuju, maka kita bisa melanjutkan ke tahapan MCU namun jika tidak, kita tidak berhak melanjutkan ke tahapan MCU. Offering Letter yang sebenarnya akan dikirimkan via email apabila kita lolos tahapan MCU. Setelah saya pelajari dan berdiskusi dengan orang tua, akhirnya saya menyetujui offering tersebut dan membalas email dari Danone bahwa saya siap untuk mengikuti MCU dari Danone. Beberapa hari kemudian saya ditelpon orang bagian HR bernama Aldi Kristanto atau biasa dipanggil Kris (yang lucunya Kris ini kemudian menjadi MT Sales Aqua di angkatan saya, dulunya dia adalah karyawan kontrak di bagian employee branding Danone, haha). Kris menanyakan domisili saya saat ini dan waktu kosong saya untuk meng-arrange jadwal MCU. Waktu itu saya ditelpon hari Senin dan saya minta waktu untuk MCU hari Kamis yang bertempat di Prodia Bintaran Jogja. Kenapa saya memilih jeda dua hari? Sebenarnya bukan apa-apa, karena sebelum MCU saya merasa pola makan saya tidak terartur, jadi saya butuh waktu untuk ‘menormalkan’ kondisi badan saya. Tadinya saya mau minta seminggu lagi tapi kok saya pikir-pikir keterlaluan juga mundurnya kalau seminggu lagi haha. Di jeda waktu dua hari ini saya maksimalkan untuk detoks kecil-kecilan dan olahraga. Saya perbanyak makan sayur, buah dan minum air putih. Berhubung kondisi badan saya yang cukup subur dan pengalaman kegagalan saya di Pramita saat tes PLN, maka saya benar-benar melakukan persiapan ekstra untuk menghadapi MCU kali ini. Untuk tes MCU sendiri ada banyak hal yang di tes. Seperti ambil darah, tes fisik (mata, THT, berat dan tinggi badan), rekam jantung, dan yang paling unik adalah tes feses dan urine untuk melihat apakah tubuh kita menjadi carrier bakteri patogen. Karena menjadi seorang MT Industrial mengharuskan kita masuk ke ruangan produksi High Care Area yang benar-benar harus bebas kontaminasi mikrobiologis. Alhamdulillah, proses MCU berjalan dengan lancar. Walaupun hasilnya masih harus menunggu email dari pihak Danone. Biasanya akan ada pembacaan hasil MCU dari Dokter oleh pihak Danone, namun entah kenapa saya tidak melewati proses tersebut karena seminggu kemudian, saya mendapat email bahwa saya lolos tahap MCU dan langsung dikirimi draft offering letter asli oleh Danone, yang harus saya tandatangani dan di-scan ulang kemudian dikirim via email. Saya senang bukan kepalang, secara de facto saya sudah resmi menjadi MT Star Danone, walaupun secar de yure saya masih harus menunggu sampai hari pertama masuk kerja. Tidak masalah, yang penting saya bisa bereuforia terlebih dahulu sebelum saya benar-benar masuk kerja nanti. Hahaha. Namun saya sedikit sedih karena ternyata kawan saya Jayson memutuskan untuk tidak mengambil offering dari pihak Danone karena sudah mendapat offering dari perusahaan lain. Ya mungkin jalan rezekinya ada yang lebih baik selain di Danone. Good luck bro!

  • Induction day and life as MT Star Danone 2017

Dua minggu setelah proses offering. Saya mendapatkan email invitation Danone MT Star Induction yang akan diadakan selama 10 hari di kantor pusat Danone di Cyber 2 Tower Kuningan, Jakarta Selatan dan outbond di Highland Resort Park, Bogor. Begitu mendapatkan email ini saya senang bukan kepalang. Akhirnya impian saya benar-benar menjadi kenyataan. Walaupun saya tahu, perjalanan menjadi seorang MT Star pasti akan jauh lebih berat daripada saat mendaftar, tapi semoga kebahagiaan saya ini bisa menjadi pemicu saya untuk bisa bekerja lebih giat. Proses induction dan outbond selama 10 hari yang berlangsung di Head Office Danone dan Highland Park Resort Bogor benar-benar sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Saya banyak bertemu kawan baru yang begitu luar biasa. Beruntungnya saya, MT Star tahun ini banyak yang berasal dari almamater yang sama dengan saya, yaitu UGM dan banyak juga yang asli Jawa, jadi proses adaptasi saya relatif tidak terlalu sulit dan saya benar-benar merasa seperti mendapat keluarga baru yang sangat hangat. Awalnya saya pikir orang-orang menjadi MT adalah orang-orang yang super pintar dan serius. Namun ternyata saya salah, mereka semua memang super pintar, namun hampir semua dari kami hobinya adalah bercanda satu sama lain, jadi selama induction 10 hari benar-benar terasa sangat fun bagi saya.

Sebenarnya setelah tahapan ini, masih ada tahapan lain yaitu Assesment Center yang merupakan tes mengenai sejauh mana kesesuaian kita dengan leadership style di Danone. Dan di tahapan ini, biasanya ada pihak Danone Global yang turut serta. Namun karena ini masih pilot project, jadi tidak semua peserta mengikuti tahap ini termasuk saya, hanya beberapa peserta saja. Namun bisa saja mulai tahun-tahun berikutnya, tahapan ini akan dimasukkan ke dalam rangkaian proses seleksi.
Program MT di Danone ini sendiri berlangsung selama setahun dengan diadakan presentasi review per empat bulan. Nah, di tiap review ini akan menentukan apakah kita berhak melanjutkan di program ini atau tidak, sampai nanti di review yang terakhir ini akan diputuskan apakah kita berhak untuk menjadi karyawan tetap atau tidak. Selama program MT ini berlangsung, akan ada Mentor dan Coach yang akan mendampingi kita. Biasanya dari Director dan user atau atasan kita langsung. Selain itu, akan ada buddy yang juga bisa mendampingi kita, yang biasanya merupakan MT dari angkatan sebelumnya. Setelah lulus, kita akan menjalani proses graduation dimana kita juga menggunakan toga seperti layaknya wisuda. Pokoknya benar-benar menyenangkan!

MT Industrial ELN sendiri terdiri dari 6 orang termasuk saya. Untuk program MT Industrial ini sendiri, tahun ini mengalami perbedaan dari tahun-tahun sebelumnya, dimana tahun-tahun sebelumnya, para MT sudah langsung ditempatkan di sebuah plant untuk kemudian mengerjakan suatu improvement project untuk menilai hasil kinerja mereka. Mulai tahun ini, kami berenam akan dibagi menjadi dua tim, yakni East Team dan West Team dengan masing-masing tim terdiri dari 3 orang. Untuk 8 bulan pertama, kami akan dirotasi ke 4 plant milik Danone ELN. Untuk West Team, di dua bulan awal mereka akan ditempatkan di plant Nutricia, Ciracas dan 2 bulan di plant Sugizindo, Sentul. Untuk East Team, 2 bulan di plant Sarihusada Jogja dan 2 bulan di plant Sarihusada Prambanan. Setelah 4 bulan, akan ditukar penempatannya antara West Team dan East Team agar kami bisa mendapatkan big picture mengenai proses di keempat pabrik. Setelah selesai 8 bulan rotasi, kami kemudian akan ditempatkan sesuai dengan project yang kita kerjakan dan kebutuhan pabrik.

Kendati program MT di Danone ini sangat berat, namun sampai saat ini saya merasa sangat enjoy bekerja disini. Karena lingkungan kerja yang benar-benar nyaman, orang-orangnya yang ramah dan terbuka serta kita bisa dengan mudah mendapat support apabila kita memiliki suatu ide yang ingin kita diskusikan, sehingga proses belajar dan pelaksanaan project bisa lebih optimal. Kendati memang waktunya cukup pendek, namun faktor-faktor tersebut membuat proses belajar menjadi lebih semangat. Sampai tulisan ini ditulis, saya sedang di-assign di plant Sarihusada Prambanan dan sedang memasuki bulan keempat, yang artinya waktu untuk presentasi review pertama sudah dekat, hahaha!

Ya demikianlah kisah perjalanan saya menjadi seorang MT Star Danone. Jika anda juga tertarik bergabung, maka anda bisa terus keep update di website Danone karena biasanya di pertengahan tahun sekitar bulan Juli-Agustus, program rekrutmen MT Star mulai dibuka, jadi anda bisa mempersiapkan dari sekarang. Oh iya, saya juga punya referensi pengalaman rekrutmen milik beberapa teman MT Star seangkatan saya yang menurut saya lebih detail dan lebih bagus, yaitu Rendy Bayu Aji, Alvin Yurisman dan Elsa Safira Kinanti. Bahkan dari blog milik Rendy inilah saya bisa lancar menghadapi proses seleksi, terima kasih Bung Rendy, haha! Dan jika ada pertanyaan lebih lanjut mengenai program ini, anda bisa meninggalkan komentar atau bisa kontak saya lebih lanjut via email di wayaharnaandika@gmail.com, saya akan dengan senang hati berdiskusi dengan teman-teman sekalian. Sekian dan terima kasih, semoga kesuksesan senantiasa menyertai kita semua! Aamiin!

P.S : Berikut saya lampirkan foto-foto selama saya bergabung di Danone. So lovable moment! Sekali-kali narsis dikit gapapa ya, haha!

Induction Day #1 : Di depan spot wajib Danone Academy Indonesia


Induction Day #1 : (After Performance) Danone MT Star 2017 Induction Day!

Induction Day #2 : Business Model Presentation


Induction Day #3 : Factory Visit at Plant Aqua Citeureup, Bogor

Induction Day #4 : CSR Visit at RBS Aqua Tangerang

Induction Day #5 : Danopoly Games!!!

Induction Day #6 : Fun Outbond at Highland Park Resort, Bogor

Induction Day #7 : Fun Presentation Skill Training

Induction Day #8 : We Are SpongeBeb....Elac Team

Induction Day #8 : Fun Outbond with Mas Aldi Ramadhika

Induction Day #LastDay : SpongeBeb....elac with Our Beloved Trainer

Induction Day #LastDay : We Are Danone MT Star 2017 Family!


Danone MT Star 2017 Industrial ELN Team in Annual Manufacturing Meeting at Lombok

Life at Plant : Megacon Manufacturing Meeting 2017 at Hotel Sahid Jaya Jogja

Life at Plant : Fun Aerobic with Sarihusada Jogja Factory Family

Life at Plant : Safety 2000 DWA Celebration Sarihusada Jogja at Hotel Grand Mercure Jogja