Suatu malam, di mana sedang kuhabiskan waktu bersama kawan-kawan lamaku, bersama secangkir kopi panas. Bercengkerama di bawah temaram sinar bulan, bercanda. Saat kenangan terus meluap, mengalir seiring cangkir kopiku yang penghuninya juga telah mulai pergi, secara tidak sengaja telah menarik pelatuk kenanganku yang terus kubingkai indah. Aku tertawa, namun dalam hati sebenarnya menganga, ada sebuah ruang yang tidak akan pernah tergantikan dan terisi oleh apapun, kecuali olehmu, PADMANABA. Sang teratai merah penopang bangsa, dengan generasinya yang penuh dengan cita-cita, mulia.
Ya... bahkan sudah hampir setahun ini aku tidak lagi menjalani rutinitasku di almamater tercinta, namun hingga saat ini aku masih tidak bisa lepas, aku telah terinstitusi olehnya. Nanar, saat kubuka ulang lembaran-lembaran yang telah lalu, di mana semua memori masih terekam jelas di otakku. Pohon karetan yang berdiri gagah menantang seolah menyiratkan bahwa dialah pohon terkuat di jagat raya, rindang, megah, namun penuh kehangatan. Kolam teratai, simbol kemuliaan keluarga besar kami. Setiap sudut ruang yang selalu melambai untuk disinggahi, bahasa, matematika, IPS, fisika, aula, bangsal, argabagya, lapteng, mushola, perpustakaan, kantin, belakang, lapangan bola dan basket, ‘pewe’, parkiran. Ruangan kuno dengan segala keraifannya yang terus menyimpan misteri namun meluapkan semua memori. Hingar bingar kepanitiaan, demi sebuah event. OSIS-MPK, MOP-PPLB, PSIKOPAD, Fun Bike, PAF, PTTA, KIIP, BHAPAD, Backyardigans, kawah candradimukaku hingga bisa sampai sejauh ini. Riang canda di lapteng, aula, kantin, belakang, dengan segala kesederhanaannya. Ah, rasanya tidak akan pernah habis dijabarkan satu persatu, terlalu banyak keindahan dan kenangan.
Sampai detik saat kugerakkan jariku menulis tulisan ini, aku masih belum percaya, aku masih yakin bahwa aku sedang bermimpi, aku telah meninggalakan almamater tercinta. Bukan dalam arti sesungguhnya, dan tidak akan pernah demikian. Sekarang hari-hariku tak lagi selalu bersamanya. Namun aku akan selalu ingat. Setiap langkah yang kuambil, setiap ujar yang kuucap, setiap hal yang kupikir, setiap hal yang kuputuskan, aku akan selalu ingat dengan almamater tercinta. Mereka adalah keluargaku, aku tidak akan pernah punya keluarga selain mereka, mereka tempatku mengadu dan berpacu. Satu ruangan di hatiku adalah singgasana baginya, bukan untuk yang lain, tak akan pernah. Sungguh, hanya untukmu teratai merahku. Aku rindu kepadamu, rindu yang tak bisa hilang oleh apapun, kecuali olehmu. Walaupun selalu kusempatkan setiap waktuku untuk mengunjungimu, namun tetap saja belum cukup. Aku rindu kepadamu, tolong bangunkan aku dari mimpi ini. Aku rindu padamu, PADMANABA, baktiku untukmu selalu.
Bhakti Vidya Ksatria Tama
Tan Lalana Labet Tunggal Bangsa
Jaya-Jaya Padmanba
Hidup Padmanaba
Wayah Arna Andika (Padmanaba 65)
PAD/11765/07
SMA itu memang masa paling tak terlupa yo bro. Buktinya gaada habisnya diomongin setiap kita mabuk kopi bareng2 haha sampai-sampai seorang temanku dan temanmu ada yang AFS di Jogja supaya dia bisa 4tahun di SMA Padmanaba. (Semoga dia baca) haha
BalasHapusBhakti Vidya, too
PAD/11691/07
Nihan Anindyaputra Lanisy
(pria single, jawa, macho, bertato emping, berani lawan Eko Chodox)
Wahahaha, cecete og kowe ki John, AFS neng Jogja og piye. Sakjane dheke ki meh AFS neng Sagan tapi wes dadi teritorine bang Andi kuwi.
BalasHapusSakjene nek pas awakdhewe ngopi nggo seragam SMA wae John, dadi biar berasa orgasme SMAnya, hehe!