Senin, 29 Desember 2014
Selamat ya, 'Cahaya yang tidak pernah pudar' !
Terasa benar bagaimana perjuanganmu selama setahun terakhir ini menguras keringat membanting tulang untuk merangkai kata dalam lembaran kertas putih (red : skripsi). Aku melihat sendiri bagaimana kamu melewati ‘penderitaan’ itu tanpa henti. Dari mulai fajar menyingsing, hingga di alam mimpi pun terkadang siklus masih berputar. Andaikata kamu punya kemampuan lucid dream, pastilah ingin sekali kamu mengakhirinya walaupun hanya dalam mimpi. Semua repetisi yang terus berulang, kamu seperti berjalan dalam suatu impromptu, hingga kamu merasa lelah. Seakan tak tahu di mana muara dari segala perjuangan ini.
“There is The Light that never goes out” – The Smiths
Tapi inilah kamu, selalu percaya bahwa ada suatu ‘cahaya yang tidak pernah pudar’. Cahaya yang selalu menerangi jalanmu, membangunkanmu saat kau terlelap, mengangkatmu saat kau terjatuh dan menggendongmu saat kamu lelah berjalan. Cahaya itu adalah cahaya harapan, harapan dari orang-orang tersayangmu, orangtuamu, sahabatmu dan tentu saja AKU (sengaja aku tulis secara gamblang, supaya semua orang tahu. Artis melahirkan saja semua orang harus tahu, masak aku yang orang biasa ini tidak ?) yang membuatmu selalu bisa melewati ‘kegelapan’ (sebut saja rintangan seperti dosen dll) hingga sampai ke ujung dari semua ini.
Selamat !
Terkadang rasa iri juga sesekali datang menghampiriku ketika melihatmu sampai tahapan ini, saat melihatmu berdiri sampai tahapan ini, kadang terjadi dekadensi semangat yang sempat meruntuhkanku. Syahdan, sekarang aku belum sampai ke tahapan sepertimu. Meskipun sekarang kita tidak lagi berada di zaman patriarki, dimana semua serba egaliter, aku tidak akan terlena, aku akan secepatnya menyusulmu. Aku berjani sebentar lagi aku akan berada di tahapan sepertimu.
Tenang, aku bukan cuma seorang hipokrit dengan semua rangkaian kata ini, aku tulus bersungguh-sungguh. Aku akan berjuang menyelesaikannya. Sedikit lagi dan aku akan menyusulmu. Aku pasti semangat, karena sekarang aku juga sudah punya ‘cahaya yang tidak pernah pudar’.
Ya, kamulah ‘cahaya yang tidak pernah pudar itu’
“By three methods we may learn wisdom. First, by reflection, which is noblest. Second, by limitation, which is easiest. And third, by experience. Which is the bitterest” – Confucius
Sekarang kamu resmi menjadi semakin bijaksana. Selamat Dyah Tiara Rita Meitia, teruslah menjadi ‘cahaya yang tidak pernah pudar itu’ !
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar